Wednesday, November 18, 2009

Indonesia di hati Obama,




Presiden Yudhoyono dan Presiden Obama dalam pembicaraan bilateral yang pertama mereka menegaskan komitmen untuk meningkatkan hubungan Indonesia-AS melalui kemitraan komprehensif yang diharapkan akan ditandatangani pada 2010. Presiden Obama mengharapkan Indonesia terus berperan di ASEAN dan kelompok negara-negara G-20. Indonesia memegang posisi dan peran penting sebagai salah satu negara demokrasi terbesar dan negara Islam terbesar di dunia. ”Indonesia mempunyai peran besar dan menjadi teladan dalam pembangunan demokrasi dan hubungan antaragama,” ujarnya.

Presiden Yudhoyono menyampaikan bahwa Presiden Obama dipandang sebagai sahabat dan mendapat penghargaan luas dari masyarakat Indonesia. Presiden Yudhoyono juga menyampaikan apresiasi atas pendekatan baru yang diterapkan Presiden Obama, terutama dalam merangkul dunia Islam.

Kedua kepala negara juga mengungkapkan harapan mereka untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat yang lebih tinggi melalui kemitraan komprehensif. Kemitraan akan mewadahi kerja sama di bidang perdagangan, investasi, teknologi dan sains, ketahanan pangan dan energi, khususnya energi terbarukan, penanganan penyakit menular, antiterorisme, pertahanan, dan pendidikan.

Keinginan Nostalgia

Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama mengungkapkan keinginannya untuk bernostalgia ke tempat tinggalnya selama berada di Jakarta tahun 1967 hingga 1971. Ia berniat membawa serta istrinya, Michelle, dan dua putrinya, Malia dan Natasha. Hal itu disampaikan oleh Presiden Obama seusai pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Shangri-La, Singapura di sela-sela pertemuan puncak pemimpin 21 anggota forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik di Singapura, Minggu (15/11) petang.
Presiden Obama, akrab dipanggil Barry, pernah belajar di SD Asisi, Tebet, Jakarta Selatan, dan SD Negeri I di Jalan Besuki (Menteng), Jakarta Pusat. Obama berada di Jakarta setelah Lolo Soetoro, lelaki Indonesia, menikahi Stanley Ann Dunham, ibu kandung Presiden Obama.
Lolo Soetoro adalah seorang perwira pertama yang berdinas di Direktorat Topografi TNI-AD. Direktorat yang sejak pemerintahan Belanda melakukan pemetaan seluruh wilayah Indonesia, dan juga dalam penegasan batas wilayah Negara RI dengan Negara tetangga, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bekerja sama dengan Negara sahabat, seperti Australia , Amerika Serikat, Kanada, Inggeris dll. Perwira muda yang gagah dan tampan itu ternyata berjumpa dengan Ann Dunham di University of Hawaii, Honolulu, AS ( umumnya perwira Topografi TNI-AD adalah alumni berbagai universitas terbaik di AS, Belanda, Inggris, Jepang dll-khususnya terkait ilmu survey dan pemetaan serta pertahanan). Mereka berdua adalah penerima beasiswa universitas yang berlokasi di bukit Manoa yang hijau. Kala itu Dunham adalah seorang janda yang bersama orangtuanya merawat Obama Jr yang masih balita.
Lolo-Dunham, yang menikah di Honolulu, lalu membawa Obama Jr ( Sang Presiden) yang kelahiran 4 Agustus 1961 ke Jakarta tahun 1967. Dunham melakukan penelitian soal pemberdayaan ekonomi perempuan miskin di Jawa Tengah. Kehidupan keluarga militer pada saat itu (dan hingga kini juga) adalah kehidupan yang sangat sederhana setingkat dengan kehidupan guru plus ULP, yang kalau ke kantor bila tidak ada jemputan, ya dengan angkutan kota, Cuma di Indonesia untuk anggota TNI- biasanya para kernet bus-kota itu umumnya tidak “tega” mintak ongkos, dan bagi mereka ada juga untungnya, bis-kota yang ada tentaranya tidak akan di ganggu preman dan juga polisi. Tetapi bisa dibayangkan, kehidupan seorang perwira militer sederhana namun ulet, disiplin dengan seorang wanita amerika rasa-rasanya pasti banyak okenya. Tetapi cerita meski ikut settingNYA, Lolo Soetoro berusaha memperbaiki nasib, keluar dari tentara masuk ke Pertamina. Ekonominya memang membaik, Namun, Lolo dan Dunham malah bercerai dan itu setelah mereka memiliki Maya Soetoro yang kelahiran 1971. Tahun 1985, Maya dipindahkan ibunya ke Honolulu untuk menetap bersama Obama Jr di bawah asuhan kakek-nenek dari pihak ibu. Bagaimanapun, Obama pastilah bisa merasakan sentuhan budaya Indonesia. Alangkah baiknya kalau teman-teman sekolah dan mereka yang pernah bersentuhan dengan sang presiden pada masa lalu itu, dan kemudian bersama Departemen Pariwisata di kemas dan menggelar acara Nostalgia sang Presiden Negara Adi Daya itu saat berkunjung ke Indonesia. Minimal memperkuat citra pariwisata nasional.

No comments: